Jumat, 21 Maret 2014

Apapun Itu

Aku yang diam, memendam apa yang sesungguhnya berkecamuk dalam diri. Tak mampu terucap ketika harap sudah tak mungkin lagi terungkap. Aku terdiam menyaksikanmu pergi meninggalkanku, yang kemudian kau berbahagia dengannya yang kini bersamamu. Perih tak mampu lagi terucap dalam butiran permata ku yang jatuh, aku menutupinya dengan perahu mentari. Sungguh tiada kuasaku tuk melihatmu merasa sakit oleh sipapun, namun sungguh siapa aku? Goresan masalalu yang tak pernah kau anggap keberadaannya. Namun begitu berharganya sosokmu untukku hinggga tak tega bagiku untuk melihatmu meringis akan cintamu untuknya, mengapa tak kau berikan cintamu untukku? Kan aku pastikan terjaga hingga aku tak mampu lagi untuk menjaganya. Namun kau lebih memilih dia yang lebih memilih menyakitimu dibanding membahagiakanmu. Jika takada lagi tempat untukku mengggores kenangan dalam lembar hidupmu, aku kan berhenti untuk sejenak mengistirahatkan penaku dan mengisi ulang tinta perasaanku untuk kumenggores cerita pada  lembaran kehidupan di agenda baru.